Bulan: Februari 2014

Pembangunan Sumatera Utara, Masyarakat dan Korupsi

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini yang dihuni oleh berbagai etnis, budaya, agama dab keberagaman lainnya. Pembangunan fisik telah berkembang dengan pesat. Hal itu dengan dibuktikannya dengan gedung-gedung bertingkat, hotel-hotel mewah dan tempat-tempat lainnya yang dapat menggembirakan orang yang melihatnya. Juga mobil-mobil mewah yang memadati perkotaan hingga ke pedesaan.

Namun dibalik itu semua banyak pula orang-orang yang kurang beruntung sehingga mereka hidup apa adanya dalam kesederhanaan dan memprihatinkan. Sementara orang-orang yang seharusnya memperhatikan orang-orang miskin justru terkadang melupakan mereka atau pura-pura lupa dan membiarkan keadaan mereka. Orang kaya bertambah kaya dan orang miskin bertambah miskin dan terjepit hidupnya.

Korupsi adalah kata-kata yang sering kita dengar hampir setiap saat kita baca di berbagai media sering dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai jabatan di Sumatera Utara ini. Jika kita perhatikan mengapa mereka melakukan korupsi padahal mereka mempunyai agama dan hati nurani.Hal ini disebabkan karena mereka telah meninggalkan ajaran agama yang dianutnya dan tidak mempedulikan hati nuraninya masing-masing demi mengejar uang dan harta karena untuk kepentingan pribadi dan golongannya.

Nuansa pluralis yang ada di Sumatera Utara ini terkadang menjadikan hubungan satu kelompok dengan masyarakat lainnya dapat bersifat dominatif yang dapat menimbulkan perasaan minoritas – mayoritas atau bahkan dapat enimbulkan pergesekan maupun konflik yang tidak baik dalam pembangunan.

Kita tidak boleh membiarkan kehidupan pluralis ini terus menerus melainkan harus dikelola dengan sebaik-baiknya bukan hanya sebagai wacana dengan pendekatan multikulturalisme. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan dan menghormati kedaulatan dalam suatu kesederajatan baik secara individual maupun kemasyarakatan.

Dalam konteks multikulturalisme ini masyarakat dilihat sebagai suatu entitas yang berlaku umum dalam masyarakat secara keseluruhan terbangun dari masyarakat dan budaya-budaya yang berbeda-beda. Pendekatan dalam konteks ini haruslah menjadi suatu tekad dan bahkan ideologi dalam pembangunan di Sumatera Utara. Tuntutan model dan pendekatan pembangunan multikulturalisme ini juga identik dengan tuntutan bagaimana mewujudkan “Pemerintah dan Kepemerintahan yang Baik” dengan kata lain “Government dan Good Government.” Pemerintah menjadi milik masyarakat dan fokus pemerintah dan pemerintahan haruslah berbasis masyarakat. Dan pemerintah dalam pelaksanaan tugas-tugas utama pemerintahannya sebagai pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.

Selama ini banyak program pembangunan yang berhasil atau pun kurang berhasil baik dalam hal pelayanan, pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang disebabkan kurangnya peran sistem monitoring dan evaluasi.

Untuk itu kedepannya diperlukan suatu sistem pengukuran objektif yang dapat mengungkap aspek-aspek perbaikan sebagai umpan balik kebijakan perencanaan pembangunan berikutnya. Jadi semua masalah-masalah yang tidak pernah terantisipasi dalam perencanaan juga solusi masalah-masalah, monitoring dan evaluasi yang membantu pengelola program atau SKPD untuk memilih sarana-sarana yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan-tujuan program.

Modus Baru Debt Kolektor Gadungan Ngaku-ngaku Dari Leasing Untuk Merampok Sepeda Motor

Medan, LasserNews

Pagi sekira pukul 09.30 WIB, Jumat (23/1) Reza (35) mengendarai sepeda motor Fit X dengan nomor Polisi BK 4439 OT dicegat enam orang yang mengaku-ngaku debt kolektor yang mengendarai 3 sepeda motor di dekat Polonia (bandara lama). Salah seorang dari mereka menggunakan jaket loreng. Salah seorang menunjukkan badge ITC Finance sebagai identitas pengenalnya. Tanpa basa-basi mereka merampas Fit X Reza setelah menandatangani surat keterangan serah terima kenderaan, namun masih sempat mengantarkan Reza hingga simpang Jalan Juanda Medan karena Reza akan pergi ke kantornya.

Reza, penduduk Jalan Bajak V Medan siangnya langsung mendatangi kantor ITC Finance di Jalan SM Raja Medan untuk melaporkan kenderaannya yang telah ditarik debt kolektor. Dan diketahui bahwa sepeda motornya belum ada sampai di kantor leasing tersebut.

Selasa (28/1) siangnya Reza kembali mengecek apakah sepeda motornya telah sampai di kantor ITC Finance namun hasilnya juga nihil. Kebetulan di saat yang sama LasserNews juga sedang berada di kantor ITC Finance hendak mengambil BPKB sepeda motor Blade bernomor Polisi BK 6562 AAI. Reza menemui Deby bagian administrasi dan Deby kembali mengecek apakah sepeda motornya sudah ada sampai di ITC Finance bagian penyitaan aset di ITC Finance Jalan Serdang Medan. Tidak ada juga jawaban dari ITC Finance Jalan Serdang.

LasserNews lalu meminta surat penyerahan kenderaan yang dipegang Reza dan ternyata tidak ada nama perusahaan ITC Finance seperti lazimnya yang dikeluarkan ITC Finance.

Sedikit panik Reza menggumam apakah dirinya telah dirampok para debt kolektor yang menjual nama ITC Finance untuk merampok sepeda motornya. LassewrNews menyarankan Reza agar segera melaporkan kejadian tersebut ke Polsekta Medan Kota namun Reza menunggu hingga sampai Senin (3/2) jika belum ada juga sepeda motornya baru akan melaporkan tentang sepeda motornya yang telah dirampas debt kolektor gadungan.

BPKB Sudah di Tangan Namun Ada Debt Kolektor Ingin Merampok Blade BK 6562 AAI

Sri Yuanita Chan (46), wartawati dan Koordinator Liputan Media Nuansa baru saja keluar dari warnet membuat berita di Jalan STM Medan, Sabtu (1/2) sekira pukul 11.30 WIB. Tiba-tiba sebuah sepeda motor besar warna merah yang dikenderai 2 orang berjaket abu-abu menyuruhnya berhenti di Jalan Sakti Lubis dan mengaku-ngaku dari ITC Finance. Namun Sri hanya mengatakan, ” Mau merampok kalian ya?” Dan meneruskan jalannya hingga sampai di warung sop dan soto Mbak Meli dekat kantor PU Jalan Sakti Lubis baru menghentikan sepeda motornya. Lalu bertanya ada apa kepada pengendara sepeda motor tersebut yang juga berhenti di dekat Blade BK 6562 AAI.

Debt kolektor gadungan mengatakan bahwa Blade BK 6562 AAI akan ditarik karena masih ada tunggakannya. Sri segera berteriak kepada mereka bahwa Bladenya sejak 18 Oktober 2013 sudah ditarik ITC Finance dan baru diambil BPKBnya karena sudah lunas pembayaran sepeda motor tersebut sekitar 30 Desember 2013 yang lalu. Ternyata debt kolektor gadungan tersebut ada beberapa sepeda motor lagi yang mengikuti hingga ke warung sop dan soto Mbak Meli.

“Coba kalian telpon Hotase Sitorus, Deby dan Fredy Nerick Asmara dan tanyakan apakah Blade BK 6562 AAI sudah lunas atau belum karena BPKBnya sudah ada ditanganku!” tegas Sri kepada mereka.

Sri yang mencoba memfoto sepeda motor debt kolektor gadungan tewrsebut namun segera ditolakkan oleh salah satu preman tersebut. “Dasar preman-preman lontong tidak tau malu kalian,” teriak Sri kepada orang-orang tersebut.

“Ayo ikuti aku kita sama-sama ke ITC Finance untuk memastikannnya apakah masih ada tunggakan Blade ini atau sudah lunas!” ajak Sri kepada mereka namun tidak ada yang mau mengikutinya ke ITC Finance Jl SM Raja Medan.

Sesampainya di ITC Finance ternyata Kepala Cabangnya Hotase Sitorus dan para stafnya Fredy dan Deby masih libur Hari Raya Gong Xi Fa Choi, Sabtu (1/2). “Ibu datang hari Senin saja untuk menjumpai Kepala Cabangnya,” ujar sekuritinya.

Hari ini, Senin (3/2) LasserNews kembali menghubungi Reza melalui selular, korban perampasan sepeda motor tanggal 23 Januari 2014 yang lalu oleh debt kolektor yang mengaku-ngaku dari ITC Finance menanyakan apakah sudah melapor ke Polsekta Medan Kota atas kejadian yang dialaminya itu. Reza mengatakan kemungkinan besok dirinya akan melapor ke Polsekta Medan Kota.

Diduga ini merupakan modus baru bagi debt kolektor gadungan untuk merampok kenderaan konsumen. Kemungkinan mereka pernah jadi debt kolektor namun tidak bekerja lagi. Dan bisa saja mereka memantau nomor polisi kenderaan konsumen yang pernah menunggak dan yang masih menunggak. Lalu mereka membuat surat serah terima kenderaan palsu untuk beraksi. Diharapkan pihak kepolisian mau menanggapi pengaduan para konsumen yang kenderaannya dirampas oleh debt kolektor gadungan tersebut. (SR)

Agung Alkautsary : Berpolitik Juga Berjuang

Medan, LasserNews

Menyenangkan… Itulah kesan pertemuan kedua dengan Agung Alkautsary, caleg termuda dari partai Gerindra DPRD Sumut Tk. I Dapil Sumut 6 (Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara) di kediamannya di Jalan Pelajar Timur No. 264 Medan yang juga merupakan alamat dari Pesantren Al Kautsar Al Akbar.

LasserNews berkunjung ke rumah kediaman Agung, lelaki muda kelahiran 5 Juni 1988 untuk lebih mengetahui kegiatannya sebagai pengurus Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Sabtu (1/2). Agung baru pulang undangan dan menerima LasserNews dengan sangat ramah dan hangat. Setelah berkeliling pesantren Al Kautsar Al Akbar kami pun duduk di teras rumahnya sambil berbincang-bincang tentang dirinya yang terjun ke dunia politik padahal latar belakangnya dari pesantren.

Agung dengan latar belakang dari pesantren yang akhirnya terjun ke dunia politik yang tidak pernah dibayangkannya bermula dengan pertemuannya dengan Rudolf Pardede di tahun 2005 yang datang bersilaturahmi ke Pesantren orang tuanya, Syech Ali Akbar Marbun. Menjadi politisi sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh Agung apalagi terkesan anak muda sekarang tidak begitu peduli dan apatis dengan keadaan bangsanya dan menganggap politik itu penuh intrik dan kejam.

Namun karena Rudolf Pardede selalu memberikan motivasi dan juga akhirnya Agung pun kenal dengan almarhum Yohana Pardede yang juga mengajaknya untuk bergabung di salah satu partai yakni partai Gerindra akhirnya pada tahun 2010 Agung bergabung sebagai pengurus partai Gerindra Kota Medan. Saat itu usianya baru 22 tahun. Agung pun mulai belajar di organisasi politik meskipun awalnya orangtuanya kurang menyetujui langkahnya terjun di dunia politik. Tapi setelah melihat Agung dapat menyesuaikan dirinya di dunia politik dengan nilai-nilai positif maka akhirnya mencalonkan dirinya sebagai caleg partai Gerindra DPRD Sumut Tk. I Dapil Sumut 6.

Kesan tidak peduli dan apatis generasi muda sekarang terhadap bangsanya menjadi tantangan bagi Agung yang merupakan bagian dari kaum muda untuk dapat berbuat dan mengabdi kepada masyarakat.

“Jika kita bisa berbuat di usia muda mengapa harus menunggu sampai tua baru berbuat? Terjun ke dunia politik dan menjadi caleg tidaklah semudah yang dibayangkan. Banyak rintangan dan halangan yang harus dilalui. Hal ini sangat saya sadari namun justru hal tersebut menjadi penyemangat dan motivasi bagi saya untuk berjuang. Saya ingin menjadi wakil rakyat yang melayani bukan dilayani,” ujar Agung kepada LasserNews.

Selanjutnya Agung mengatakan,” Jika nantinya saya terpilih dan dipercayakan oleh masyarakat sebagai wakil rakyat saya akan selalu menemui konstituen saya untuk mengucapkan terima kasih atas kepercayaan mereka kepada saya. Dan saya akan senantiasa berkomunikasi dengan mereka untuk mengetahui apa yang mereka butuhkan sehingga saya dapat memperjuangkannya di legislatif.” (SR)